The Shattered Light-Chapter 98: – Keputusan di Ambang Kegelapan

If audio player doesn't work, press Reset or reload the page.

Chapter 98 - – Keputusan di Ambang Kegelapan

Kaelen berdiri tegak di tengah reruntuhan, napasnya memburu. Darius, yang kini sepenuhnya dikuasai oleh kegelapan, menatapnya dari seberang medan pertempuran. Aura hitam pekat yang menyelimutinya berdenyut kuat, seolah-olah dunia ini sendiri mencoba menolaknya.

Serina menggenggam pedangnya erat. "Kaelen, kita harus segera bertindak! Dunia ini tidak akan bertahan lebih lama."

Kaelen menatap mata Darius yang bersinar merah gelap. "Aku tahu," gumamnya. "Tapi aku tidak bisa menghabisinya."

Darius mengangkat pedangnya, suaranya bergema seperti badai yang menerjang. "Jika kau tidak bisa membunuhku, maka kau akan mati di sini, adikku. Tidak ada jalan lain."

Kaelen mencengkeram gagang pedangnya lebih kuat. "Aku akan menemukan jalan lain!"

Darius menyerang, dan pertarungan kembali berlanjut dengan sengit. Setiap tebasan mereka menggetarkan dunia di sekitar mereka. Retakan energi mulai menyebar di langit, menandakan bahwa benteng realitas ini semakin rapuh.

Pria bertudung memperhatikan dengan cermat. "Jika Kaelen tidak segera membuat keputusan, mereka berdua bisa lenyap bersama dunia ini."

Serina tak bisa lagi hanya menonton. Ia berlari ke sisi Kaelen dan menangkis serangan Darius yang hampir mengenai Kaelen. "Kaelen! Jika kau ingin menyelamatkannya, lakukan sekarang! Jangan biarkan kegelapan ini mengambil semuanya darimu lagi!"

Kaelen mengatupkan rahangnya. Ia tahu Serina benar. Setiap detik yang berlalu, Darius semakin tenggelam dalam kegelapan. Jika ia tidak bertindak, ia akan kehilangan kakaknya selamanya.

Kaelen menutup matanya sesaat, lalu membuka lagi dengan tekad yang lebih kuat. "Darius, aku tahu kau masih ada di dalam sana! Aku tidak akan membiarkan kegelapan ini merenggutmu!"

Darius menggeram, tetapi kali ini ada jeda dalam gerakannya. Seolah-olah kata-kata Kaelen menusuk sesuatu yang tersisa di dalam dirinya.

Melihat peluang itu, Kaelen menurunkan pedangnya dan mendekat. "Aku tidak akan melawanmu lagi, kakak. Aku tidak akan mengangkat pedangku kepadamu."

Darius membeku. Cahaya merah di matanya bergetar. Energi hitam di sekelilingnya mulai bergolak tak menentu.

This chapt𝙚r is updated by freeωebnovēl.c૦m.

Pria bertudung mengangkat tangannya, muram. "Jika Darius tidak memilih dalam hitungan detik, kegelapan akan memakan segalanya."

Kaelen melangkah lebih dekat, mengulurkan tangan. "Kembalilah padaku. Kembali menjadi kakakku. Aku berjanji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi."

Dunia di sekitar mereka bergetar hebat. Darius berteriak, suara kesakitan bercampur kemarahan. Cahaya dan kegelapan bertarung di dalam tubuhnya. Hingga akhirnya—

Ledakan besar terjadi, mendorong Kaelen dan Serina ke belakang.

Saat debu mengendap, Darius tergeletak di tanah, napasnya tersengal. Cahaya merah di matanya memudar, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia terlihat seperti dirinya sendiri.

Kaelen merangkak mendekat, menggenggam tangan kakaknya. "Darius...?"

Darius tersenyum lemah. "Kau menang, Kaelen. Kau menyelamatkanku..."

Namun, sebelum mereka bisa merayakan kemenangan itu, suara mengerikan bergema dari langit. Celah hitam di atas mereka semakin membesar. Kegelapan belum menyerah.

Pria bertudung menatap ke atas dengan wajah serius. "Kita harus keluar dari sini. Sekarang juga."

Kaelen menatap Darius. "Bisakah kau berdiri?"

Darius mengangguk lemah. "Aku akan mencoba."

Serina mengulurkan tangannya. "Ayo pergi. Kita belum selesai."

Kaelen, Darius, dan Serina berlari menuju gerbang yang mulai memudar, berharap bahwa di luar sana, mereka masih punya kesempatan untuk benar-benar mengakhiri semua ini.